
Bismillah…
Al-Qur’an membimbing umat islam pada metode yang jauh lebih baik dalam melakukan penelitian ilmiah yang akan mengantarkan pada kita pada hakekat ilmu sains yang sebenarnya.
Al-Qur’an juga telah meletakkan dasar metodologi ilmiah yang tepat bagi umat islam, yaitu yang berlandaskan pada pengamatan, penyelidikan dan dengan optimalisasi pemikiran sebagaimana Allah berfirman berikut :
قُلِ انْظُرُوْا مَاذَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗوَمَا تُغْنِى الْاٰيٰتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُوْنَ
Katakanlah “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman” (Yunus : 101).
وَفِى الْاَرْضِ اٰيٰتٌ لِّلْمُوْقِنِيْنَۙ
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin…
وَفِيْٓ اَنْفُسِكُمْۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ
“…dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Adz-Dzariyat : 20-21)
Pengamatan yang jeli dan mendalam serta optimalisasi pemikiran merupakan kunci kemajuan dan keterbukaan yang akan membukakan wawasan keilmuan kita dan mengeluarkan buah manfaatnya bagi manusia itu sendiri. Aktivitas inilah yang dianjurkan oleh Allah Azza wa Jalla dan Nabi-Nya serta dilakukan oleh kaum Salafush Shalih (para shahabat dan yang mengikutinya).
Salah satu dari keyakinan yang tersebar saat ini di kalangan kaum muslimin dan diajarkan kepada anak-anak dibangku-bangku sekolah adalah keyakinan bahwa bumi itu bergerak mengelilingi matahari dan matahari diam tak bergerak. Manakala keyakinan ini menyelisihi nash dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan Al-Ijma’, maka dengan postingan ini saya akan menjabarkan bagaimana keyakinan ini SALAH dengan menukil dalil dari Al-Qur’an, hadits shahih melalui perkataan para ulama ahli dibidang sains/astronomi yang telah lebih dulu dari kita dalam menjelaskan pokok masalah hal ini.
ANTARA HELIOSENTRIS DAN GELIOSENTRIS
● Heliosentris adalah model astronomi yang mana BUMI MENGELILINGI MATAHARI yang berada pada pusat tata surya. Kata berasal dari bahasa Yunani (ήλιος Helios = Matahari, dan κέντρον kentron = pusat).
● Geliosentris adalah istilah astronomi yang menggambarkan alam semesta dengan bumi sebagai pusatnya dan pusat pergerakan semua benda-benda langit.
SIAPA PENCETUS KEYAKINAN INI?
Mahmud Syukry Al-Alusiy berkata : “Telah tersebar di zaman kita ini perkataan Pythagoras (Πυθαγόρας) dan diikuti oleh para ahli filsafat belakangan setelah pemikiran ini ditinggalkan yaitu pendapat yang mengatakan tentang adanya pergerakan bumi harian (rotasi) dan tahunan (revolusi) mengelilingi matahari dan bahwa matahari itu adalah pusat pergerakan (tata surya). Bumi adalah salah satu bintang yang beredar di orbitnya. Tidak seperti yang dikatakan oleh Claudius Ptolemaeus (Κλαύδιος Πτολεμαος)“.
Kemudian, Muhammad Zuhair Asy-Syawisy memberikan ta’liq (komentar) terhadap kalam (ucapan) diatas dengan mengatakan “Pythagoras (Πυθαγόρας) adalah orang dari Yunani yang terkenal. Para pengikutnya dinamakan Phytagoriyyin sebagai bentuk penisbatan kepadanya. Mereka mempunyai pendapat bahwa bumi adalah sebuah bintang dari bintang-bintang yang berputar di sekitar pusat api. Dengan pemikiran ini, mereka menyelisihi pemikiran yang tersebar di zaman mereka bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Pythagoras (Πυθαγόρας) dilahirkan di pulau Samos tepatnya wilayah Aegea Utara di Yunani dan meninggal dipulau itu juga sekitar tahun 495 Sebelum Masehi.
Sedangkan Claudius Ptolemaeus (Κλαύδιος Πτολεμαος) adalah salah satu pakar Astronomi, sejarah dan geografi. Dia adalah pemilik kitab Majusti yang terkenal. Yang mempunyai pemikiran Ptolemeesiyah yang mengatakan bahwasanya bumi itu tetap dan yang lainnya berputar di sekitarnya dan itu adalah pemikiran yang diisyaratkan oleh pengarang”. (Risalah: Maa Dalla ‘Alaihil Qur’an Mimmaa Ya’dhidu Al-Haiatul Jadiidah Al-Qodiimatul Burhan, karya Mahmud Syukri Al-Alusy, cet. Al-Maktabul Islami).
Syaikh Abu ‘Amr Al-Hajuriy –hafidhohulloh- berkata “Telah nampak pemikiran Yunani yang diucapkan oleh salah seorang ahli filsafat yang bernama Pythagoras (Πυθαγόρας) – sebelum dilahirkannya Nabi Isa “Al-Masih” kurang lebih lima ratus tahun dan ada yang mengatakan enam ratus tahun – bahwasanya bumi termasuk bintang-bintang yang beredar mengelilingi matahari. Pemikiran ini ditinggalkan semasa itu dalam waktu yang lama karena tidak diterima oleh akal dan kenyataan, sampai munculnya seorang ahli falak (astronom) Yunani yang bernama Choopernight dari abad ke-10 Hijriyah dan menampakkan pemikiran Pythagoras (Πυθαγόρας). Kemudian pada abad ke-12 hijriyah, muncul Herchil dan para pengikutnya dari para ahli filsafat Paronji dan menguatkan pemikiran Pythagoras (Πυθαγόρας).
Awalnya pemikiran ini tidak diterima oleh seorang pun dari kaum muslimin. Kemudian, muncullah orang-orang sesat dari kaum muslimin mengambil pemikiran ini dan mempopulerkannya di antara kaum muslimin dengan menampakkan bahwa pemikiran ini adalah bagian dari agama!!!” (Risalah: An-Narjis bi Qorooril Ardh wa Jaroyaanis Syams, hal.11, cet. Maktabah Ibnu Sirin).
Dari hal di atas dapat disimpulkan 2 poin berikut :
1. Pencetus pemikiran ini adalah seorang ahli filsafat Yunani yang bukan beragama Islam.
2. Diantara mereka sendiri telah berselisih pendapat dalam permasalahan ini.
DALIL-DALIL DARI AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH YANG MENUNJUKKAN AKAN TETAPNYA BUMI DAN BERJALANNYA MATAHARI MENGELILINGI BUMI
1. Allah –ta’ala- berfirman :
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَاۗ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
“…dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (Yasin : 38)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin –rahimahullah– mengatakan ketika menafsirkan ayat ini “Sebagian faedah dari ayat ini adalah bahwasanya matahari itu berjalan dan ini adalah suatu kenyataan serta zhahir dari Al-Qur’an dan bahwa berjalannya adalah secara dzatnya, bukanlah yang dimaksud dengan berputar itu adalah bumi. Merupakan suatu kewajiban untuk membiarkan Al-Quran sesuai zhahirnya sampai tegak sebuah dalil yang jelas serta bisa dijadikan hujjah bagi kita di hadapan Allah -‘azza wa jalla- untuk keluar dari zhahirnya, sebab yang berbicara dengan Al-Qur’an adalah Allah Al-Khaliq (sang pencipta). Dialah yang mengetahui keadaan makhluk-Nya. Apabila Dia mengatakan bahwa matahari berjalan, maka wajib bagi kita untuk mengatakan bahwa matahari berjalan dan tidak boleh bagi kita untuk mengatakan kita yang berjalan”. (At-Tafsir Ats-Tsamin).
2. Allah -ta’ala- berfirman :
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَاۤىِٕبَيْنِۚ وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۚ
“Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukkan bagimu malam dan siang” (Ibrahim : 33)
Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata “Yakni keduanya berjalan dan tidak tetap, baik di waktu siang maupun malam”
3. Allah -ta’ala- berfirman :
وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزٰوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَاِذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِيْ فَجْوَةٍ مِّنْهُۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِۗ مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًاࣖ
“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya” (Al-Kahfi : 17)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin –rahimahullah– berkata “Dari kalimat, “…apabila matahari terbenam, maka matahari tersebut menjauhi mereka ke sebelah kiri”, menunjukkan bahwasanya mataharilah yang bergerak dan dengan pergerakannya tersebut, terjadilah terbit dan tenggelam berbeda dengan apa yang diucapkan oleh sebagian manusia di zaman sekarang yang mengatakan bahwa yang berputar adalah bumi, sementara keadaan matahari, maka ia tetap diam.
Adapun diri kami, maka kami mempunyai bukti dari kalamullah yang wajib bagi kita untuk memahaminya sesuai dzhahirnya dan supaya tidak goncang dari dzhahir ini, kecuali dengan dalil yang jelas… sebab Allah menisbatkan semua perbuatan, berupa terbit dan tenggelam kepada Matahari… dan kita mengetahui dengan ilmu yakin bahwa Allah lebih tahu dengan makhluk-Nya dan kita tidak akan menerima sebuah pemikiran baru dan persangkaan. (At-Tafsir At-Tsamin).
4. Allah -ta’ala- berfirman :
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan “Tuhankulah Yang menghidupkan dan mematikan”, orang itu berkata “Aku dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat”, lalu terdiamlah orang kafir itu dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim” (Al-Baqarah : 258)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin –rahimahullah– berkata “Dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap para ahli Astronom yang mengatakan bahwa datangnya matahari bukanlah dengan dzatnya, akan tetapi bumilah yang berputar sampai ia sendiri yang mendatangi matahari. Sisi bantahannya adalah dari perkataan Nabi Ibrahim -‘alaihissalam- yang maknanya, “Sesungguhnya Allah mendatangkan matahari dari arah timur, maka datangkanlah ia dari arah barat”,… sedang mereka mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak mendatangkan ia dari arah timur, akan tetapi dengan perputarannya, sehingga matahari yang terbit kepadanya”… Wajib bagi kita untuk mengambil perkara ini sesuai dengan dzhahir Al-Qur’an dan tidak berpaling terhadap ucapan siapapun yang menyelisihi dzhahir Al-Qur’an tersebut. Hal itu karena kita beribadah sesuai apa yang ditunjukkan dalam Al-Qur’an. Dari sisi lain Allah –ta’ala- lebih mengetahui dengan apa yang Ia ciptakan.
5. Rasulullah –shallalahu’alaihi wa sallam- bersabda :
“Salah seorang nabi terdahulu melakukan peperangan, maka ia berkata kepada kaumnya”, Janganlah mengikutiku seseorang yang telah memiliki perempuan dan dia ingin menggaulinya, tidak pula seseorang yang telah membangun rumah, sedangkan ia belum menaikkan atapnya dan tidak pula seorang yang telah membeli seekor kambing bunting, sedangkan ia sedang menunggu kelahiran anaknya! ”Maka nabi itu pun berangkat berperang. Ia pun mendekati suatu kampung yang ingin diperanginya ketika mau masuk shalat Ashar. Maka ia berkata kepada matahari, “Sesungguhnya kamu diperintah dan aku pun diperintah”. (Lalu ia berdoa), “Ya Allah tahanlah ia untukku”. Maka matahari itu pun ditahan oleh Allah, sampai Allah memberikan kepada nabi itu kemenangan”. (Hadits Riwayat Bukhari no.3124 dan Muslim no.1747)
Sisi pendalilannya, hadits ini menunjukkan bahwa matahari itu berjalan, karena nabi tersebut meminta kepada Alloh untuk menahan jalannya matahari tersebut, agar jangan tenggelam dahulu sampai ia menyelesaikan peperangan. Kalaulah matahari itu diam dan bumilah yang berjalan, maka mengapa nabi tersebut harus meminta matahari untuk ditahan perjalanannya dan tidak meminta bumi saja yang ditahan?!
DALIL-DALIL DIAMNYA BUMI
1. Allah -ta’ala- berfirman :
اَمَّنْ جَعَلَ الْاَرْضَ قَرَارًا وَّجَعَلَ خِلٰلَهَآ اَنْهٰرًا وَّجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًاۗ ءَاِلٰهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗبَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ
“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada sesembahan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui” (An-Naml : 61)
Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata: “قرارا” yakni (bumi itu) tetap, tenang tidak condong, tidak bergerak, tidak goncang. Hal itu karena seandainya tidak demikian, maka tidaklah nyaman untuk hidup diatasnya. Bahkan Allah menjadikannya hamparan yang tetap (sepanjang mata memandang), tidak goncang dan tidak bergerak sebagaimana hal itu disebutkan dalam ayat yang lain.
حَتّٰٓى اِذَآ اَخَذْنَا مُتْرَفِيْهِمْ بِالْعَذَابِ اِذَا هُمْ يَجْـَٔرُوْنَۗ
“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat MENETAP dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam” (Al-Mu’min : 64)
2. Allah -ta’ala- berfirman :
الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءًۖ وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui” (Al-Baqarah : 22)
KESEPAKATAN KAUM MUSLIMIN DALAM PERMASALAHAN INI
Abdul Qodir Al-Baghdadiy –rahimahullah- mengatakan “Mereka (ulama kaum muslimin) bersepakat akan diamnya bumi. Adapun pergerakannya terjadi karena adanya sesuatu yang muncul, seperti adanya gempa bumi dan yang semisalnya”. (Al-Firoq Bainal Firoq,hal.318)
Imam Al-Qurthuby –rahimahullah- berkata “Yang diyakini oleh kaum muslimin dan Ahli Kitab (Yahudi & Nashrani) bahwa bumi itu tetap diam, tak berjalan dan dihamparkan. Adapun pergerakannya biasanya disebabkan adanya gempa bumi”.
Imam At-Tuwaijiry –rahimahullah- berkata “Hal ini sangat jelas untuk menyatakan ijma’ dari kaum muslimin dan ahli kitab akan diamnya bumi”. (As-Showa’iqus Syadidah, hal. 54).
SEKERAS APA HATI KITA?
Padahal jin saja, yang sifat kejelekan dikalangan mereka lebih banyak daripada manusia, tetapi tatkala salah satu dari mereka mendengar ayat Allah, maka dia pun beriman dengannya sebagaimana yang Allah –ta’ala- sebutkan dalam firman-Nya :
وَّاَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدٰىٓ اٰمَنَّا بِهٖۗ فَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِرَبِّهٖ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَّلَا رَهَقًاۖ
“Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan” (Al-Jin : 13)
PERKATAAN PARA ULAMA TENTANG PERMASALAHAN INI
1. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh –rahimahullah-.
Pertanyaan :
“Telah ditetapkan pada tahun ini kurikulum geografi di ‘Darut-Tauhid’. Mengingat karena kurikulum tersebut pada asalnya adalah materi agama saja, akan tetapi telah ditetapkan kurikulum tentang pemikiran mereka yang menyatakan bahwa bumi itu berputar sedang matahari tetap yang disertai dengan dalil-dalil yang tidak bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Akan tetapi hanya berdasarkan pikiran dan dugaan semata yang bertentangan dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an seperti firman Allah –ta’ala- yang berbunyi :
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَاۗ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
“…dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (Yasin : 38)
Juga selain dari ayat ini sebagaimana tidak samar lagi bagi Anda. Lebih-lebih kami melihat para siswa, pikiran mereka lebih condong kepada pemikiran ini, yang tidak diragukan lagi bahwa hal ini mengurangi keimanan mereka … Sampai terjadi salah seorang siswa telah menulis di papan tulis sebuah kalimat “Kabar penting bahwa bumi itu berputar!” Saya mengharapkan adanya faedah dari Anda”.
Jawaban :
“Apa yang disebutkan oleh ahli Geografi adalah suatu KEBATILAN yang sangat dan menafikan terhadap ayat yang telah Antum sebutkan. Alhamdulilah, yang telah memberikan taufiq kepada kalian untuk mengingkari khayalan-khayalan yang batil seperti ini. Sungguh saya bergembira sekali dengan sikap Anda. Barakallahu fikum”. (Majmu’wa Rosail Muhammad bin Ibrohim Alu Syaikh : 98/13).
2. Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz –rahimahullah-.
Beliau berkata dalam kitab ‘Syarh Kitab Tauhid’, hal. 202 :
“Kaum muslimin (yaitu para ulamanya) bersepakat bahwasanya bumi itu tetap dan matahari berjalan… Orang-orang yang mengatakan dengan perputaran bumi disekitar matahari itu, mereka berusaha untuk mengajak kepada suatu pemikiran bahwa matahari itu diam dan ini adalah KEKUFURAN“.
3. Syaikh Muqbil bin Hadiy Al-Wadi’iy –rahimahullah-
Pertanyaan :
“Apa hukum orang yang mengatakan tentang perputaran bumi dan diamnya matahari?”
Jawaban :
“Orang yang mengatakan bahwasanya matahari diam, maka ia teranggap telah mendustakan Al-Qur’an, dikarenakan Allah telah berfirman :
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَاۗ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
“…dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (Yasin : 38)
وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزٰوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَاِذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِيْ فَجْوَةٍ مِّنْهُۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِۗ مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًاࣖ
“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya” (Al-Kahfi : 17)
dan hadits :
Dari Abu Dzar bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tahukah kalian ke manakah matahari ini pergi?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian berjalan sedangkan manusia tidak menganggapnya aneh sedikitpun darinya sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dikatakan padanya ‘Bangunlah, terbitlah dari arah barat’, maka dia pun terbit dari barat”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Tahukah kalian kapan hal itu terjadi? Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya”. (Hadits Riwayat Bukhari no.4802,3199,7424,7433, Muslim no.159 -dan ini lafazhnya, Ath-Thayyalisi dalam Musnadnya no.460, Ahmad dalam Musnadnya 5/145,152,165,177, Abu Dawud no.4002, Tirmidzi no.3227, Nasa’i dalam Sunan Kubra 11430, Al-Baghawi dalam Syarh Sunnah no.4292 dan 4293)
Hadits-hadits lain juga sangat banyak yang menunjukkan akan hal ini. Saya nasehatkan untuk membaca kitab Syaikh At-Tuwaijiriy –hafidzohulloh-yang berjudul “Ash-Showa’iq As-Syadidah fir Rod ‘Ala Ahlil Haiatil Jadidah” dan juga pelengkapnya. Saya nasehatkan untuk membaca dua kitab ini.
Hal yang terpenting adalah kita bisa kokoh diatas Sunnah Rasululloh –shallallahu’alaihi wasallam-. Kemudian yang perlu untuk diketahui, bahwa musuh-musuh sunnah biasanya mereka mendatangkan dengan pertanyaan seperti ini dalam sebuah perkumpulan, sedang para pemuda itu patut dikasihani. Pikiran mereka telah KACAU dan RUSAK. Diantara mereka ada yang mengatakan bahwa asal manusia itu dari kera. Ini adalah perkataan Charles Darwin. Juga pikiran mereka telah kacau dibangku-bangku sekolah disebabkan karena guru-guru mereka mendatangkan hal-hal seperti ini di masyarakat dengan tujuan untuk melarikan dari Ahlussunnah. Siapa yang menerima Kitab dan Sunnah, maka dia tidak akan peduli dengan perkataan Charles Darwin ini dan selainnya dari orang-orang yang MEMPUNYAI PENYIMPANGAN. Siapa yang goncang aqidahnya, maka dia ini adalah orang yang patut dikasihani. Setiap kali saya katakan “Allah telah berfirman seperti ini,” maka ia pun menjawab “Mereka (orang-orang barat) telah berkata seperti itu”. Hal yang seperti ini hanyalah ikut-ikutan. (Ijabatus Sa’il ‘ala Ahammil Masail, hal. 384-385).
4. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullah-
Pertanyaan : “Apakah matahari berputar mengelilingi bumi?”
Jawaban :
“Dzahir dalil-dalil syar’iy menetapkan bahwa MATAHARI ITULAH YANG BERPUTAR MENGELILINGI BUMI DAN DENGAN PERPUTARANNYA TERSEBUT, TERJADILAH PERGANTIAN MALAM DAN SIANG. Tidak boleh bagi kita untuk melanggar dzahir dalil-dalil ini, kecuali dengan dalil lain yang lebih kuat yang membolehkan kita untuk memalingkan dalil tersebut dari dzahirnya”.
Kemudian beliau menyebutkan dalil-dalil yang menunjukkan akan berputarnya matahari mengelilingi bumi. (Fatawa Arkanul Islam, hal. 43).
5. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan –hafidzahullah-.
Beliau mengatakan dalam kitab Syarh Tsalatsatul Utsul :
“Matahari adalah sebuah bintang yang besar, begitu juga bulan merupakan salah satu tujuh bintang yang berjalan. Masing-masing berjalan mengelilingi bumi. Sedangkan bumi itu tetap. Alloh menjadikannya tetap untuk kemaslahatan hamba-Nya. Sedangkan matahari dan seluruh… berputar mengelilinginya, tidak seperti yang dikatakan oleh orang-orang yang memprediksi pada zaman sekarang dari orang-orang yang mengaku mempunyai ilmu pengetahuan, mereka mengatakan bahwasanya matahari itu tetap dan bumi yang berputar mengelilinginya. Hal ini berbeda dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an.
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَاۗ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
“…dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (Yasin : 38)
Sedang mereka mengatakan bahwa matahari itu tetap! Ya subhanallah!”
6. Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah (Dewan Riset Ilmu dan Fatwa Ulama Arab Saudi).
Pertanyaan :
“Dalam sebuah pelajaran yang saya ajarkan menyebutkan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Hanya saja saya mendengar dari Syaikh Abu Bakr Al-Jazairy bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi dan beliau mengatakan “Siapa yang mengajarkan materi ini hendaknya takut kepada Allah, sebab hal ini sangat berbahaya terhadap aqidahnya dan menyebabkan kafirnya seseorang. Kemudian saya menjelaskan hal ini kepada para siswa setelah pelajaran selesai. Apakah yang saya lakukan ini benar atau salah? Berikanlah faedah kepada saya, mudah-mudahan Allah membalas kebaikan Anda sekalian”.
Jawaban :
“Apa yang dikatakan oleh Syaikh Abu Bakr adalah benar, sebab bumi itu tetap dan mataharilah yang berputar mengelilingi bumi sebagaimana yang disebutkan oleh Alloh -‘azza wa jalla- dalam firman-Nya :
ٱللَّهُ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ قَرَارًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ
“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat MENETAP dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam” (Al-Mu’min : 64)
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَاۗ ذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
“…dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (Yasin : 38)
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَيُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَۖ كُلٌّ يَّجْرِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّاَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Luqman : 29)
Siapa yang mengatakan bahwa bumi itu yang berputar dan matahari itu tetap, maka dia telah mendustakan Al-Qur’an.Sedangkan mendustakan Al-Qur’an itu adalah sebuah kekafiran yang besar. Nas’alulloh al-’afiyah was-salamah, wabillahit-taufiq“.
Al-Lajnah Ad-Daimah untuk pembahasan ilmiyah dan fatwa.
Ketua : Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz.
Wakil ketua : Abdul Aziz Alu Syaikh.
Anggota : Shalih Al-Fauzan.
Anggota : Bakr Abu Zaid.
PENERANG BAGI HATI YANG MASIH BIMBANG
Kita sebagai umat muslim harusnya belajar dan belajar lagi tentang apa yang kita yakini yakni Islam agar tidak terjebak dalam ilmu-ilmu yang menyesatkan seperti Heliosentris ini. Berikut beberapa contoh ilmu sains yang termaktub dalam Al-Qur’an :
وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْاَرْضَ بَارِزَةًۙ وَّحَشَرْنٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ اَحَدًاۚ
“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat BUMI ITU DATAR dan Kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka” (Al-Kahfi : 47)
Ayat diatas merupakan kejadian dihari kiamat saat gunung-gunung diluluh-lantakkan oleh Allah sehingga semuanya menjadi rata seperti ratanya tanah yang kita lihat saat ini dan kita akan melihat dengan jelas bahwa bumi itu sebenarnya datar dan rata, hal ini membantah teori bahwa bumi berbentuk bola (globe) yang memiliki lengkungan bumi.
وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” (Al-Anbiya : 33)
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِۗ وَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya” (Yasin : 40)
kedua ayat diatas berkaitan dengan matahari dan bulan, yang masing-masing dari keduanya berjalan digaris peredarannya, sehingga ayat ini hanyalah menunjukkan perjalanan matahari dan bulan. Lagi-lagi dalil ini membantah teori Heliosentris.
Kebanyakan dari orang-orang muslim yang berkeyakinan pada teori Heliosentris, tidaklah terbetik dalam pikiran mereka kalau mereka mempunyai pendalilan dari Al-Qur’an. Hal itu karena kebanyakan mereka mendapatkan keyakinan ini dari bangku-bangku sekolah umum dengan bermodalkan sikap taklid semata dan langsung percaya pada teori-teori orang-orang kafir yang mereka kagumi keilmuannya.
Dengan demikian, masuklah keyakinan ini ke dalam hati mereka yang kosong dengan ilmu agama yang syar’i dan tertancaplah keyakinan batil itu ke dalam hati, sehingga sangat sulit untuk dihilangkan, meskipun orang-orang tersebut telah hadir dalam majelis-majelis ilmu, kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allah.
PENUTUP
Mudah-mudahan dengan pembahasan ini Allah –ta’ala- memberikan taufiq-Nya kepada kita semua untuk menerima kebenaran dan menghilangkan berbagai macam penyimpangan yang membahayakan aqidah kita. Dan kita meyakini bahwa apa yang disebutkan oleh orang-orang kafir dalam permasalahan ini merupakan suatu kedustaan dikarenakan bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Semua ilmu yang menyelisihi Kitab dan Sunnah adalah KEBATILAN, karena teori Heliosentris ini lahir dan berakar kuat dari orang-orang yang mengagungkan/menyebah Dewa Matahari. Dari sini kita bisa melihat akan pentingnya ilmu syar’i bagi seorang muslim, sebab dengannya seseorang bisa mengetahui aqidah yang benar dan yang salah, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad -rahimahullah- “Kebutuhan manusia terhadap ilmu itu melebihi kebutuhannya terhadap makan dan minum. Makanan dan minuman itu ia butuhkan dua atau tiga kali saja dalam sehari, akan tetapi ilmu itu dibutuhkan sejumlah nafasnya”.
Oleh karena itu, sepatutnya kita melaksanakan apa yang selalu dinasehatkan oleh para ulama kita yaitu hendaknya kita tidak mengharamkan dari ilmu yang tidak ketahui sebelumnya dan agar mencurahkan waktu kita untuk menuntut ilmu sepanjang Allah memberikan kita nafas.
Semoga bermanfaat.
Wallahu ‘alam.
Views: 141