
Tantangan para penganut Globe Earth untuk menjawab secara rinci dengan dalil Al Qur’an dan hadits keluarnya Ya’juj wa Ma’juj pada konsep bumi globe berputar, melayang di luar angkasa.
Saya ingin menegaskan bahwa perspektif mengenai keberadaan Yajuj wa Majuj memang dapat lebih selaras dengan pemahaman flat earth dibandingkan model bumi globe. Dalam konteks bumi datar, Yajuj wa Majuj bisa saja berada di suatu wilayah yang tersembunyi dan belum terjangkau oleh teknologi modern, termasuk satelit dan eksplorasi global. Argumen ini didasarkan pada beberapa poin :
- Keterbatasan Teknologi dan Pemetaan
Google Earth dan teknologi satelit tidak benar-benar menjelajahi setiap jengkal bumi secara fisik. Bahkan dalam model bumi globe sekalipun, masih ada wilayah yang belum terakses sepenuhnya. Dalam model bumi datar, dimungkinkan adanya area di luar “lingkaran es” yang belum diketahui manusia modern, tempat Yajuj wa Majuj bisa berkembang biak tanpa terganggu.
- Keimanan terhadap Akhir Zaman
Hadis-hadis sahih menjelaskan bahwa Yajuj wa Majuj adalah bangsa perusak yang akan muncul di akhir zaman. Menyangkal keberadaan mereka sama saja dengan merusak keimanan terhadap tanda-tanda kiamat yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis. Jika bumi sudah dijelajahi sepenuhnya dan mereka tidak ditemukan, ini akan memunculkan kontradiksi dengan teks-teks agama.
- Kekeliruan Identifikasi Bangsa
Menghubungkan Yajuj wa Majuj dengan bangsa Jepang atau Cina adalah asumsi keliru yang bertentangan dengan karakteristik mereka dalam hadis. Rasulullah ﷺ menggambarkan mereka sebagai bangsa yang membawa kehancuran besar dan tidak ada manfaat dari keberadaan mereka. Sebaliknya, bangsa Jepang dan Cina saat ini memberikan kontribusi besar bagi dunia, termasuk dalam inovasi dan perkembangan teknologi, serta terdapat muslim di kalangan mereka.
- Konteks Hadis tentang Ba’thunnar (بعث النار)
Dalam hadis tentang Ba’thunnar, disebutkan bahwa sebagian besar penghuni neraka berasal dari Yajuj wa Majuj. Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa dari setiap seribu orang, 999 berasal dari Yajuj wa Majuj, sementara satu sisanya dari 1 orang yang masuk surga. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah mereka sangat besar, sehingga masuk akal jika mereka membutuhkan wilayah yang luas untuk hidup yang kemungkinan masih tersembunyi di balik dinding es Antartika yang mengelilingi bumi ini atau di wilayah yang belum terjelajahi dan pastinya gunung yang mengurung Yajuj wa Majuj ada dibalik tembok es tersebut (atau yang biasa disebut gunung Qaff).
Rincian Hadits :
Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim tentang perbandingan manusia yang masuk surga dan jumlah Ya’juj dan Ma’juj yang masuk neraka.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad ﷺ bersabda :
“Allah berfirman, ‘Wahai Adam.’ Adam menjawab, ‘Aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, segala kebaikan ada di tangan-Mu.’ Allah berfirman, ‘Keluarkanlah utusan neraka.’ Adam bertanya, ‘Apa itu utusan neraka?’ Allah berfirman, ‘Dari setiap seribu orang, sembilan ratus sembilan puluh sembilan akan masuk neraka, dan satu orang akan masuk surga.’ Maka ketika itu anak kecil menjadi beruban, setiap wanita hamil akan keguguran, dan kamu akan melihat manusia dalam keadaan mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah yang sangat keras.”
Para sahabat merasa sangat khawatir mendengar hal ini, lalu Nabi Muhammad ﷺ menenangkan mereka :
“Dari kalian satu orang (akan masuk surga), sementara dari Ya’juj dan Ma’juj sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang.” (HR. Al-Bukhari no. 4741 dan Muslim no. 222)
Penjelasan Hadits :
- Hadits ini menggambarkan betapa banyaknya jumlah manusia yang masuk neraka dibandingkan dengan yang masuk surga.
- Namun, jumlah tersebut kebanyakan berasal dari bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang jumlahnya sangat besar dan merupakan pendosa besar di akhir zaman.
- Umat Nabi Muhammad ﷺ mendapat kabar gembira karena satu dari seribu tersebut berasal dari kaum Muslimin, sementara sembilan ratus sembilan puluh sembilannya berasal dari Ya’juj dan Ma’juj.
- Keajaiban dan Kemahakuasaan Allah
Keberadaan mereka sebagai bangsa yang masih tersembunyi hingga kini adalah bagian dari rencana Allah yang tidak bisa diukur dengan teknologi manusia. Dalam model bumi datar, keberadaan mereka bisa lebih mudah dipahami karena kemungkinan adanya wilayah tersembunyi di luar jangkauan manusia.
Pemahaman ini mengajak kita untuk lebih mendalami literatur agama dan tidak semata-mata bergantung pada narasi modern tentang teknologi atau eksplorasi bumi. Sebagai umat muslim, keyakinan terhadap tanda-tanda akhir zaman harus tetap didasarkan pada wahyu dan hadis yang otentik.
Dalam konteks agama, narasi tentang eksplorasi luar angkasa, pendaratan di bulan atau bahkan rencana tinggal di Mars tampak bertentangan dengan ajaran-ajaran yang menyebut bahwa ujian akhir zaman, termasuk munculnya Dajjal, akan terjadi di bumi tempat manusia tinggal. Beberapa alasan mendukung pandangan ini adalah :
- Dajjal sebagai Ujian untuk Penduduk Bumi
Dalam hadis-hadis sahih, Dajjal disebut sebagai fitnah terbesar yang akan menguji keimanan umat manusia di bumi. Jika manusia benar-benar dapat berpindah ke planet lain, maka hal ini akan menciptakan kontradiksi, karena kehadiran Dajjal sangat jelas terikat dengan kehidupan manusia di bumi. Hadis menggambarkan bahwa ia akan menjelajahi seluruh bumi kecuali Makkah dan Madinah. Jika manusia tidak lagi tinggal di bumi, bagaimana relevansi fitnah Dajjal terhadap umat manusia?
- Ketergantungan Kehidupan Manusia pada Bumi
Allah menciptakan bumi sebagai tempat tinggal bagi manusia, lengkap dengan segala kebutuhan seperti air, oksigen dan sumber daya alam lainnya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman :
“Dan Kami jadikan bumi itu sebagai hamparan untuk kalian.” (QS. An-Naba: 6)
Eksplorasi luar angkasa yang berupaya memindahkan manusia ke planet lain bertentangan dengan konsep ini, karena menunjukkan seolah-olah bumi tidak lagi cukup bagi manusia, padahal Allah telah menyempurnakan bumi sebagai tempat tinggal.
- Konteks Akhir Zaman dalam Islam
Hadis-hadis tentang akhir zaman menyebutkan bahwa semua peristiwa besar, termasuk munculnya Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa dan kemunculan Ya’juj wa Ma’juj, akan terjadi di bumi. Kehidupan manusia di planet lain akan mengaburkan makna tanda-tanda akhir zaman yang telah digariskan dalam agama.
Kesimpulan
Keyakinan terhadap program luar angkasa seperti Moon Landing (pendaratan di bulan) dan eksplorasi Mars tidak hanya bertentangan dengan konsep keimanan Islam, tetapi juga merusak narasi tentang akhir zaman. Manusia diciptakan untuk hidup dan diuji di bumi hingga hari kiamat. Dengan demikian, alih-alih terpengaruh narasi modern, kita harus kembali pada ajaran agama yang mengajarkan bahwa kehidupan manusia akan tetap berada di bumi dan fitnah Dajjal serta tanda-tanda akhir zaman relevan hanya dalam konteks kehidupan di bumi.
Views: 36